Petani Sawit Bekerja Untuk Bangsa, NGO Bekerja Untuk Siapa?
Dr (cn) Ir Gulat Manurung, MP.C.APO, Ketua Umum DPP Asosiasi Petani Kelapa Sawit Indonesia (APKASINDO) menjelaskan sehari-hari petani sawit sangat akrab dengan aspek menjaga lingkungan.
“Setiap hari kami menari dan bernyayi sambil bersiul-siul dengan alam lingkungan. Kami sangat mesra dengan lingkungan,” ujarnya.
Sebagaimana hasil penelitian Universitas Riau bekerjasama dengan APKASINDO (2021), terdapat empat indikator berkaitan hubungan petani sawit dengan praktik berkelanjutan (sustainable). Empat indikator tersebut adalah dimensi sosial, ekonomi, ekologi dan hukum tatakelola kehutanan. Sejatinya, semua memenuhi kriteria sustainable kecuali dimensi hukum tatakelola kehutanan.
“Memang faktanya petani sawit masih banyak diindikasikan sawitnya dalam kawasan hutan atau sebaliknya. Itukan hanya rangkaian huruf “kawasan” buatan manusia tapi aslinya sawit itu sangat mesra dengan lingkungan. Namun semua itu sudah diakomodir melalui UU Cipta Kerja dan sedang berproses. Setidaknya, pemerintah terutama Kementerian LHK sudah move on memperbaiki tata kelola kehutanan sesuai kondisi eksisting,” ujar Gulat.
Sementara itu, menurutnya, petani jelas berjuang menjaga sawit Indonesia untuk selalu “mesra” dengan lingkungan. Baik melalui devisa dan sumbangan oksigen untuk dunia dan keberlangsungan ekonomi bangsa ini.
“Memang dengan segala keterbatasan kami sebagai petani Sawit. Tapi semua terpesona. Semua anak bangsa ini berperan dan mengambil manfaat dari lingkaran industri sawit, tidak peduli kaya, miskin, suku, tua muda dan apapun itu. Semua berperan dan mengambil manfaat untuk hidup, berdampingan dan kesejahteraan,”harap kandidat doctor lingkungan ini.
Ia menegaskan sebagai sebagai bangsa harus bangga dengan sawit yang telah menyelamatkan hutan dunia. Perkebunan sawit dapat memenuhi kebutuhan 53 juta ton CPO dari 16,3 juta ha kebun sawit Indonesia untuk dunia.
“Coba bayangkan tanpa minyak sawit, maka sepuluh kali lipat hutan akan digunakan menanam tanaman penghasil minyak nabati lainnya. Sawit itu menanam dan memanen (reversible). Inilah cara petani sawit dalam mensyukuri nikmat dari Tuhan.
Oleh karena itu, dikatakan Gulat, petani sawit sangat mendukung NGO dalam aspek menjaga lingkungan.
“Namun perlu ditanya “untuk siapa mereka menjaga?” tanya Gulat.
Menurutnya, NGO dalam mensuarakan tranparansi juga berlaku untuk dirinya sendiri. Kebohongan yang selalu diulang-ulang, jika terus berulang bisa berubah jadi kebenaran. Untuk itu, petani sawit adalah kelompok yang tidak mau dibohongi.
“Kami Petani sangat transparan dalam segala hal. Bahkan untuk sesuatu yang berat dilakukan dalam regulasi . Terpaksa kami katakan siap, itu semua untuk sawit indonesia dan menjaga lingkungan,” pungkas Gulat.
Sumber : sawitindonesia.com
Benar Pak Ketua , Kami Petani Sawit akan melawan jika dibohongi dan akan memberontak jika terus di Zholimi.
kami Petani berharap Apkasindo Siap dan ikhlas memberikan bantuan Hukum kepada Petani yang lahannya diserobot / dirampas oleh PT. Arara Abadi ,(Sinarmas Group) dengan alasan mereka memegang izin HPHTI thn 1996 .
sementara Petani memiliki Legalitas (SKT) sejak tahun 1990…
#Ngeri kerakusannya
#dimana LSM
#Ham Petani dirampas.