Pesta Pora di Bulan Maret
Bulan lalu industri sawit benar-benar pesta pora. Sudahlah harga naik, jumlah ekspor meroket pula.
Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia (GAPKI) merilis, harga rata-rata minyak sawit bulan lalu berada di angka US$ 1.116/ton CIF Rotterdam. Angka ini lebih tinggi US$ 21 atau 1,9% ketimbang harga bulan Februari.
Total ekspor minyak sawit bulan lalu diperkirakan mencapai 3.244 ribu ton. Angka ini naik 62,7% dari ekspor Februari yang cuma 1.994 ribu ton.
Oleh situasi ini, praktis nilai ekspor sawit bulan lalu mencapai US$ 3,74 miliar. Angka ini lebih tinggi 80% dari perkiraan ekspor bulan Februari yang hanya sebesar US$2,08 miliar.
Dalam siaran pers GAPKI yang diterima elaeis.co kemarin, kenaikan harga tadi disebabkan oleh perubahan prediksi produksi oilseeds. Kenaikan produksi biodiesel dunia juga ikut mempengaruhi.
Di dalam negeri, konsumsi minyak sawit berada di angka 1.599 ribu ton. Sedikit mengkeret ketimbang konsumsi bulan Februari sebesar 1.604 ribu ton.
Ini terjadi lantaran konsumsi minyak sawit untuk biodiesel turun dari 635 ribu ton pada Februari, menjadi 625 ribu ton. Pemakaian Oleokimia juga begitu. Turun dari 174 ribu ton menjadi 168 ribu ton.
Tapi kalau dibandingkan dengan periode yang sama di tahun lalu, konsumsi dalam negeri masih lebih tinggi 3,8%.
Bulan lalu, produksi minyak sawit Indonesia naik lebih dari 20%, dari bulan sebelumnya 3.079 ribu ton menjadi 3.712 ribu ton.
Hanya saja, GAPKI menyebut kenaikan produksi itu justru limpahan dari produksi di bulan februari.
Nah, kenaikan produksi di bulan lalu yang mencapai 633 ribu ton itu, masih lebih kecil dari kenaikan ekspor dan konsumsi dalam negeri yang totalnya diperkirakan mencapai sekitar 1,4 juta ton.
Kondisi ini praktis membikin stok akhir turun dari 4,02 juta ton menjadi 3,20 juta ton.
Bagi para pelaku industri sawit, BMKG memprediksi kalau kemarau akan dimulai pada bulan April 2021. Untuk itu, saatnya para pekebun mengantisipasi potensi kebakaran lahan, biar produksi tidak terganggu.
Sumber : Elaeis.co