Posts

Sekretaris DPW Asosiasi Petani Kelapa Sawit Indonesia (Apkasindo), Djono A Burhan, S.Kom.,MMgt (Int.Bus),CA.CL. Foto: Ist

NTP RIAU TERTINGGI DI SUMATERA, INI PENYEBABNYA

“Kalau di satu daerah petani lebih mendominasi produktifitas komoditi ketimbang perusahaan, multiplier efeknya bakal lebih signifikan. Apalagi kalau rantai end product nya ringkas, wah makin luar biasa lagi,” kata Sekretaris DPW Asosiasi Petani Kelapa Sawit Indonesia (Apkasindo), Djono A Burhan, S.Kom.,MMgt (Int.Bus),CA.CL, saat berbincang dengan elaeis.co, kemarin. 

Lelaki 26 tahun ini mencontohkan kelapa sawit. Di Riau, dari sekitar 4,02 juta (data KLHK 2020) hektar kebun kelapa sawit, sekitar 2,7 juta hektar, milik petani. 

“Alhamdulillah, sepanjang pandemi, ekonomi Riau enggak goyang. Selain lantaran dominasi petani tadi, harga jual Tandan Buah Segar (TBS) pun relatif naik,” katanya.  

Padahal kata Djono, rantai end product kelapa sawit tadi, lebih panjang ketimbang petani yang komoditinya hortikultura. 

“Petani sayur misalnya. Hasil produksi mereka kan langsung ke konsumen. Kalau sawit, musti lewat pabrik pengolahan dulu. Nah, kalau misalnya petani sudah ikut dalam proses hilirasi, dampaknya akan lebih luar biasa. Hilirisasi ini peluang besar, tapi musti didukung oleh kebijakan politik perdagangan hiliriasi itu,” kata jebolan The University Of Auckland Selandia Baru ini.  

Apa yang dibilang oleh ayah satu anak ini berbanding lurus dengan Nilai Tukar Petani (NTP) yang dirilis oleh Badan Pusat Statistik (BPS), kemarin.

Pada Januari 2021, BPS menyebut kalau NTP Provinsi Riau naik menjadi 132,92 dari yang sebelumnya hanya 130,34 di Desember 2020. 

Penyebabnya kata Kepala BPS Riau, Misfaruddin, lantaran harga produksi pertanian yang dihasilkan oleh rumah tangga petani naik 2,49%. 

Angka ini relatif lebih tinggi ketimbang kenaikan indeks harga yang dibayar petani yang hanya di angka 0,49%. 

Indeks harga konsumsi rumah tangga naik 0,61%, begitu juga dengan indeks harga yang dibayar untuk keperluan produksi, juga naik 0,16%. 

Adapun kenaikan NTP tadi terjadi pada tiga subsektor cluster penyusun NTP. Yang tertinggi ada pada subsektor Hortikultura; 2,42%, subsektor Tanaman Perkebunan Rakyat 2,21% dan subsektor Peternakan 1,135%. 

Tapi dua subsektor lain justru mengalami penurunan NTP; subsektor Tanaman Pangan turun 1,13% dan subsektor Perikanan turun 0,13%. 

“NTP Riau ini, tertinggi di Sumatera,” kata Misfaruddin. “NTP ini adalah salah satu indikator untuk melihat tingkat kemampuan atau daya beli petani di perdesaan. NTP juga menunjukkan daya tukar (terms of trade) dari produk pertanian dengan barang dan jasa yang dikonsumsi maupun untuk biaya produksi. Jadi, semakin tinggi NTP, maka tingkat kesejahteraan petani semakin baik, daya belinya pun semakin kuat,” tambahnya. 

Sumber : Elaeis.co

Leave a Reply :

* Your email address will not be published.

kaçak bahiscanlı bahiskaçak bahis sitelerijustin tv izlecasinowordpress kurbahis siteleri
%d bloggers like this: