Moeldoko Berharap Lewat Santripreneur Santri Bisa Menggeluti Sawit sambil Berdakwah
Program santripreneur berbasis sawit perdana dilakukan di Provinsi Riau. Kepala Kantor Staf Presiden (KSP), Moeldoko hadir secara daring dalam seremoni yang digagas Asosiasi Petani Kelapa Sawit Indonesia (Apkasindo) bersama Staf Khusus Wakil Presiden Bidang Penanggulangan Kemiskinan dan Otonomi Daerah Muhammad Imam Aziz ini, diharapkan mampu meningkatkan kemandirian para santri.
“Sebab sambil menggeluti sawit, santri juga tetap akan bisa berdakwah,” kata Moeldoko yang juga menjabat Ketua Dewan Pembina DPP Apkasindo itu, Rabu (24/2).
Program Santripreneur juga menggugah semangat Gubernur Riau Syamsuar. Dia pun hadir di tengah-tengah para santri yang menggunakan kain sarung dan kemeja putih serta kopiah di Grand Central Hotel Pekanbaru.
Syamsuar mengaku teringat dengan program hafizpreneur yang sudah dia jalankan sejak tahun lalu. Menurutnya, ada 115 orang lulusan Sekolah Menengah Atas (SMA) di seluruh Riau yang dia kirim ke Institut Tazkia Bogor, Jawa Barat.
“Tahun ini kita akan kirim 75 orang,” kata Syamsuar saat memberikan sambutan dalam acara santripreneur di kawasan Jalan Jenderal Sudirman, Pekanbaru.
Para lelaki berkain sarung khas santri datang dari 55 Pondok Pesantren (Ponpes) di 11 kabupaten dan kota di Riau itu juga tampak senang ketika bertemu Staf Khusus Wapres Ma’aruf Amin.
Menurut Syamsuar, hadirnya santripreneur berbasis kelapa sawit itu sangat cocok dengan program yang disusunnya. Sebab selain Ponpes di Riau lebih banyak dibanding di Sumatera Selatan (Sumsel), Riau juga penghasil kelapa sawit terbesar di Indonesia.
“Ekonomi Riau sangat dipengaruhi sawit. Berbagai kreatifitas bisa dibikin berbahan sawit. Yang paling sederhana, lidinya sajalah. Ini bisa bernilai ekonomis. Pemprov siap mensupport biar santripreneur ini sukses,” katanya.
Dia juga meminta supaya Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia (GAPKI) membantu Ponpes. Jangan sampai muncul kesenjangan sosial. “Jangan sampai di atas minyak di bawah minyak, tapi di sekeliling kita orang miskin banyak juga,” dia mengingatkan.
Kepala Dinas Pendidikan Riau, Zul Ikram menambahkan apa yang disampaikan Syamsuar. Dia mengatakan, program hafizpreneur itu muncul oleh keinginan Syamsuar untuk mengembangkan ekonomi syariah di Riau. Apalagi Bank Riau Kepri milik Pemprov Riau sudah siap meluncurkan produk syariahnya.
“Yang dikirim ke Tazkia itu adalah mereka yang tidak hanya mumpuni akademik sekolah, tapi juga hafalan Quran. Sebab di kampus mereka musti terus menyelesaikan tahapan tahfiz Quran di samping ilmu akademik sesuai jurusan yang diambil. Nanti lulus dari sana, mereka akan dapat dua sertifikasi, yaitu keilmuan akademik dan tahfizul Qurannya,” kata Zul.
Bahkan, kata Zul, semua biaya para mahasiswa ini ditanggung full oleh Pemprov Riau. “Kalau mereka pulang kampung di luar yang diprogramkan Pemprov Riau, mereka bayar sendiri,” terangnya.
Imam Aziz mengatakan, banyak orang yakin kalau program santripreneur berbasis sawit yang kali perdananya dilakukan dari Riau ini, bakal sukses. Sebab, pemerintah hingga asosiasi yang bergerak di sektor sawit, sangat mendukung program itu.
“Tinggal lagi gimana organisasi yang ada di Pondok Pesantren (Ponpes) diperkuat. Biar mampu dan transparan mengelola duit,” katanya.
Ketua Harian PB Nahdlatul Ulama (PBNU) itu menyampaikan, santripreneur yang dikawal Apkasindo ini adalah inisiatif yang bagus.
“NU berkomitmen mengawal. Baik dalam penguatan organisasi maupun relasi dengan mulstakeholder,” jelasnya.
Menurut Imam, organisasi kelapa sawit harus kuat untuk menjalankan program yang ada. Itu dilakukan demi para santri agar meraih masa depan yang terjamin.
“Ibarat main bola, jangan yang main itu kiper dengan kiper. Tapi mainkanlah 20 lini lainnya dengan cantik,” pintanya.
Lantaran santripreneur berbasis sawit ini akan berjalan jika empat poin penting yang harus dan konsisten dilakukan. “Kalau kita cerita sawit, tentu kita harus melihat mata rantai sawit ini sampai kemana. Misalnya jadi minyak, coklat, kosmetik hingga obat-obatan. Ponpes harus dikasi akses sampai ke situ. Kalau enggak, program ini akan biasa saja,” ujarnya.
Pengembangan sumber daya manusia di pondok pesantren juga harus diperkuat dalam menjalankan santripreneur. “Sekolahkan para santri untuk menguasai level-level tadi,” pintanya.
Setelah sumber daya manusianya kuat, akses teknologi termasuk juga akses untuk mendapatkan tanah juga harus diberikan kepada para santri.
“Tanah tadi kan untuk menanam, lalu teknologi untuk mengolah hasil. Berikan akses dan teknologi untuk membuat pabrik. Kalau pabriknya pabrik minyak goreng, berikan jejaring bisnisnya. Kalau jejaring Ponpeskan sudah kuat, tapi jejaring keluar,” katanya.
Imam Aziz meyakini, jika tahapan itu dilakukan dengan konsisten, maka program santripreneur ini akan sukses dan kemiskinan berkurang.
“Jangan kemiskinan itu diawetkan. Saya yakin lima tahun semua tahapan ini sudah jadi,” tegasnya.
Tahapan-tahapan itu bukan hanya untuk santripreneur, tapi tahapan yang harus dilakukan di sektor manapun.
“Kita akan keluar dari lingkaran kemiskinan kalau intelektualitas, kemampuan, akses dan jejaring bisa dijalankan secara konsisten,” ujarnya.
Menurutnya, Indonesia punya sumber daya manusia yang sangat besar, tapi belum menjadi human capital. Banyak generasi yang terdidik tapi tak bisa berbuat banyak lantaran enterpreneurshipnya tidak ada, tidak inovatif.
“Mestinya investasi kita di human dulu. Ini yang selama ini agak terabaikan. Generasi tidak cukup dengan pendidikan yang bagus, tapi mereka harus difasilitasi pada level-level yang saya bilang tadi,” katanya.
Sementara itu, Ketua Umum DPP Apkasindo, Gulat Medali Emas Manurung mengatakan, tahun ini ada 100 orang santri yang akan dikirim untuk menguasai ilmu-ilmu perkelapasawitan itu, mulai dari ilmu penanaman, perawatan, hingga pengolahan.
“Mereka akan dikuliahkan lewat beasiswa Badan Pengelola Dana Perkebunan kelapa Sawit untuk program D1 hingga D4. Kami Apkasindo yang diamanahkan Wapres KH. Ma’ruf Amin untuk mengawal langsung program ini, akan berusaha maksimal menjalankan tahapan yang ada. Kami sangat senang lantaran semua stakeholder termasuk asosiasi sawit lainnya sangat mendukung,” kata Gulat.
Sumber : merdeka.com