Gianto, Petani Pekerja Keras, Sukses jadi Pengusaha
Pagi yang cerah, Selasa (18/5). Sang Jurnalis Apkasindo, tengah liputan jurnalis tentang sebuah usaha pembibitan kelapa sawit di Desa’Silam, Kuok, Kabupaten Kampar.
Hamparan pembibitan membentang hijau dengan luas 4 hektare. Sekitar 40 ribu bibit sawit jenis “Marihat Pelepah Panjang”, bersertifikat ada di sini. Area ini dikelilingi perkebunan kelapa sawit
Usaha pembibitan yang dimulai sejak 9 tahun silam itu, mulai berkembang pesat. Permintaan bibit tidak saja untuk memenuhi kebutuhan petani di wilayah Kabupaten Kampar. Juga memasok kebutuhan petani ke Jambi, Sumatera Barat dan daerah lain.
Ñah, siapa sangka usaha pembibitan sukses yang menjadi percontohan ini adalah milik Gianto (50), seorang petani sawit?
Apa strategi yang dimainkan pemilik usaha ini hingga mencapai sukses? Untuk itulah Jurnalis Apkasindo mencoba menggali informasi melaui serangkaian perbincangan dengan pemiliknya.
Lantas, Gianto, pemilik usaha pembibitan dan ayah dua anak ini menuturkan perjalanan hidupnya yang pantang menyerah kepada Ganda, Jurnalis Apkasindo.
“Saya seorang petani sejati. Saya merantau dari Medan ke Daerah Kampar ini, 20 tahun silam. Saat itu, saya bekerja serabutan. Yang penting: halal,” kata Gianto berkisah.
Kala itu Gianto bekerja membalak kayu secara liar di hutan. Kerja berat gaji kecil. Itulah cara Gianto untuk memenuhi kebutuhan hidup keluarga.
“Bahkan dulu dapat penghasilan 100.000 per minggu itu sudah cukup bersyukur sekali. Kerena sulitnya ekonomi pada saat itu. Tentu saja penghasilan itu jauh dari harapan,” katanya, mengenang.
Cukup lama Gianto bekerja membalak di hutan Bahkan, katanya ada kalanya berbulan-bulan mandah (nginap) di hutan meninggalkan keluarga.
“Saya tipe orang pekerja keras. Itu semua saya lakukan demi memenuhi kebutuhan hidup yang pahit dan getir. Itulah kehidupan yang saya alami pada saat itu,” kenang Gianto.
Seiring berjalan waktu, katanya sekitar tahun 2004 Gianto bertekad membuat perubahan. Dia mulai membeli tanah dan menanam kelapa sawit.
“Alhamdulilah, mulai sat itulah kecintaan saya terhadap sawit tumbuh. Kecintaan begitu luar biasa. Sehingga jika ada rezeki saya selalu beli tanah,” kata Gianto.
Gianto punya strategi khusus saat mau membeli lahan. “Caranya, harus jauh dari perkampungan agar harganya murah,” ujarnya.
Pada saat itu katanya harga jual lahan di sekitar tempatnya tinggal rata-rata baru sekitar Rp 7 juta per hektare. “Lahan yang saya beli itu kemudian saya tanami sawit,” katanya melanjutkan.
Berkat kesabaran dan kegigihannya, dalam tempo 6 tahun kebun sawit Gianto sudah mencapai 12 hektare.
Merasa sudah memili kekuatan tentang permodalan, tahun 2012 Gianto mulai merintis usaha sampingan. Yakni, pembibitan kelapa sawit.
Dalam membuka usaha pembibitan ini, Gianto bekerja sama dengan PT Marihat usaha pembibitan ternama yang sudah bersertivikasi.
Begitulah. Saat ini, usaha ini tetap eksis sementara kebun sawitnya sudah mencapai 38 hektare. Dengan umur sawit saat ini bervariasi antara 5 -15 tahun.
Kebunnya terletak di Daerah Aliantan Kabupaten Rokan Hulu serta di Kawasan Silam, Kabupaten Kampar.
Gianto menyebut semua kebun itu memberi penghasilan bersih sekitar Rp 35 juta sampai Rp40 juta setiap.bulannya.
“Saya tidak menyangka kalau saya akan seperti ini memiliki kebun sawit dan usaha pembibitan ini. Semenjak berkebun kelapa sawit ekonomi kelurga membaik. Bahkan, dari segi sosial masyrkat saya di pandang berkecukupan,” urai Gianto.
Gianto menyadari, sekarang sawit merupakan penghasilan pokok ekonomi keluarganya.
“Tanpa Sawit kami tidak akan seperti ini,” katanya seraya mengajak para warga .agar mengikuti jejaknya, berkebun sawit.
“Ayo bertanam kelapa Sawit jangan ragu bahwa sawit pendongkrak ekonomi masyarakat. Jangan ragu lagi.”
Gianto juga berharap dengan adanya program BPDPKS dan Apakasindo tentang PSR maka petani swadaya akan terbantu.
“Jika bisa dibuat program PSR komersil yaitu dari karet ke sawit. Agar petani karet juga merasakan gembiranya menjadi petani kelapa sawit saat ini,” ungkap Gianto tersenyum.
Atas kesuksesan yang diraihnya, Gianto mengungkapkan motto yang dipakainya selama ini:
“Nek wani ojo wedi-wedi. Nek wedi ojo wani-wani,” tutur Gianto dengan logat Jawa-nya.
Motto itulah yang diterapkannya dalam menjalani kehidupan. “Intinya, agar berani mencoba merubah nasib. Tekad yang kuat kalo yakin, akan membawa keberhasilan. Tapi jika tidak yakin dan takut, jangan Anda coba-coba,” Gianto berpalsafah.
Di akhir wawancara Gianto mengungkapkan rencananya mengundang Ketua Umum DPP Apkasindo dan Sekjen untuk mengunjungi usahanya.
“Saya berharap binaan dan kerjasama yang lebih intens,” harap Gianto.*
Sumber : Forumkerakyatan.com