Gara-Gara Proyek NES, Sawit Rakyat Jadi Yes
Kalau saja proyek Nucleus Estate and Small Holders (NES) yang dibiayai oleh bank dunia itu enggak dimulai pada 1978, bisa jadi rakyat tidak tergiur berkebun kelapa sawit.
Sebab waktu itu, kebun kelapa sawit hanya jadi keseharian perusahaan plat merah maupun swasta. “Saat itu NES ini sudah menyebar di beberapa provinsi; NES I-VII. Ada di Besitang Aceh, Sumbar, Riau; NES ADB Sei Buatan, Sei Garo dan Sei galuh, Bengkulu, Banten, Kalimantan Barat (Kalbar), Kalimantan Timur (Kaltim), Sulawesi dan Papua,” cerita Direktur Eksekutif Palm Oil Agribusiness Strategic Policy Institute (PASPI), Dr. Tungkot Sipayung, kepada elaeis.co, kemarin.
Bisa jadi lantaran tersebar itulah rakyat mulai tertarik menengok sawit. Belum lagi, proyek NES ini ternyata berhasil.
Oleh keberhasilan inilah kemudian, pemerintah melanjutkan dengan program Perkebunan Inti Rakyat (PIR) khusus dan PIR lokal yang dibayai dari duit APBN.
Lagi-lagi PIR khusus dan lokal ini, ternyata bisa mengikuti keberhasilan proyek pendahulunya; NES. Alhasil, pemerintah membikin lagi program baru; PIR Transmigrasi. Untuk program ini, swasta didapuk sebagai inti dan petani trans menjadi plasma.
“Tahun 1996, PIR lokal naik kelas menjadi PIR Kredit Koperasi Primer untuk Anggota (KKPA). PIR KKPA ini dibiayai pakai subsidi kredit untuk 74 Koperasi Unit Desa (KUD) yang ada di sekitar kebun kelapa sawit perusahaan swasta maupun negara yang sudah ada.
“PIR trans itu dilakukan di 11 provinsi, mencapai 50 unit PIR trans. Dari program ini, hadir lah sekitar 398.644 hektar kebun kelapa sawit baru. Sekitar 70% nya adalah inti — milik perusahaan yang menjadi bapak angkat petani PIR,” terang Tungkot.
Oleh dampak keberhasilan semua program inilah kemudian, masyarakat yang ada di sekitar proyek dan orang-orang yang tergiur dengan sawit, mulai merambah sektor ini.
Alhasil, kebun sawit rakyat yang tahun 1980 hanya sekitar 6000 hektar, 2 tahun kemudian berkembang menjadi 1,2 juta hektar dan melejit menjadi 4,7 juta hektar di 2016.
“Pada 1980 itu, pangsa sawit rakyat masih hanya 2%, tapi 2016, justru sudah menjadi 42% dan ini bisa jadi kelak akan melampaui luasan kebun sawit swasta,” ujar Tungkot.
Sumber : Elaeis.co