Posts

APKASINDO: Program EBT Harus Libatkan Petani

JAKARTA, SAWIT INDONESIA – Kelapa sawit berkontribusi dalam penurunan emisi karbon dan mendukung program pemerintah dalam perubahan iklim. Hal ini terwujud melalui program mandatori biodiesel 30% atau B30 yang telah berjalan setahun terakhir. Namun demikian, biodiesel diharapkan mampu melibatkan petani dalam rantai pasoknya.

Menurut Gulat ada perbedaan mendasar antara program energi baru terbarukan dengan sektor energi fosil (konvensional) seperti migas dan tambang. Karena, bentuk energi terbarukan dari sumber daya alam hakikatnya adalah menanam (reversible) jadi tepat sekali dengan istilah energi baru terbarukan. Sementara itu, perspektif energi fosil yang di bawah Kementerian ESDM itu hanya memanen  (irreversible) yang dikenal dengan istilah menambang.  “Saat ini, sawit merupakan komoditas terbaik untuk solusi perekonomian Indonesia dan energi baru terbarukan, kita harus mensyukuri anugerah Tuhan kepada Bangsa ini.”

“Di bidang energi, para pembicara mengungkapkan tiga aspek penting yang harus paduserasi yaitu ekonomi, sosial, dan lingkungan. Tapi, ketiga aspek ini butuh dukungan politik. Tanpanya tidak akan berpengaruh banyak, atau hanya saling menjegal” ujar Gulat.

Ia menuturkan, “Kami ucapkan terima kasih kepada Ibu Siti Nurbaya (Menteri LHK). Baru-baru ini, petani yang tergabung dalam APKASINDO diberikan kesempatan untuk bertemu berdialog Sekjen KLHK. Dalam pertemuan ini, usulan petani terkait RPP kehutanan diterima dan menjadi pokok bahasan”, namun demikian ada beberapa point yang masih sangat mengkuatirkan kami petani, yaitu dibatasinya luasan kebun kami petani dan wajib tinggal dikebun,” ujar kandidat doktor lingkungan ini.

Ia menambahkan,“harus diakui dalam pembahasan aturan turunan UU Cipta Kerja ini (RPP) masih kontras terlihat egoisme lintas kementerian. Ini berbahaya, mereka idealnya paduserasi, sebab Presiden Jokowi mengamanahkan demikian.”

Dikatakan Gulat, petani sawit itu ibarat sumur bor penghasil ETB sama halnya dengan mesin sumur bor 436 target menteri ESDM. Sementara itu, sumur bor EBT Petani sawit jumlahnya mencapai 21 juta sumur (petani/pekerja). Ini potensi luar biasa untuk bangsa ini.

Saat ini, petani sawit masuk generasi kedua yang terlibat dalam Peremajaan Sawit Rakyat (PSR). Ia mengungkapkan kegiatan penggantian tanaman berusia tua ini sangat membantu untuk meningkatkan produksi sawit melalui intensifikasi. Karena petani menanam dengan benih unggul dan mampu menerapkan Best Management Practices.

“Kami juga ingin menegaskan bahwa sawit bukan perusak lingkungan justru penyelamat lingkungan  menghijaukan hutan-hutan gersang dan terlantar. Kalau ada tuduhan seperti ini. Kami siap membuktikan melalui capaian target SDG’s. Sawit itu ibarat double gardan penjaga lingkungan. Karena konsepnya menanam sehingga ikut menyerap emisi karbon dan mensejahterakan manusia” ujar Gulat.

Ketua Komisi VII DPR RI, Sugeng Suparwoto, menjelaskan akan memperjuangkan petani sebagai pemasok 20% CPO untuk Enegi Baru Terbarukan (EBT) dalam regulasi.

Erna Witoelar, Dewan Pengurus Yayasan Pembangunan Berkelanjutan,  mendukung usulan supaya petani tidak ditinggal dalam konsep EBT. Apalagi petani menjadi bagian inti dari konsep SDG’s, harus sejalan dengan korporasi dan sebaiknya pemerintah harus memastikan itu.

“Target NDC pada tahun 2030, yaitu penurunan emisi GRK sebesar 29 persen atau setara dengan 834 juta ton CO2e. Khususnya pada sektor energi, target pengurangan karbon sebesar 314 juta ton CO2e. Angka tersebut terbagi dalam beberapa sub sektor yaitu energi efisiensi sebesar 41,76 juta ton CO2e, energi baru terbarukan (EBT) 183,66 juta ton CO2e, energi bersih 74,00 juta ton CO2e, fuel switching 9,59 juta ton CO2e, dan agriculture, forestry and other land use (AFOLU) 5,00 juta ton CO2e,” terang Menteri Siti.

Arifin Tasrif, Menteri ESDM, menyebutkan Indonesia masih tetap mengandalkan energi fosil yakni minyak, batu bara, dan gas. Sementara, negara lain seperti Eropa dan Jepang terus meningkatkan penggunaan Energi Baru Terbarukan atau EBT.

Aturan energi baru terbarukan (EBT) di Indonesia masih jauh dari target. Dari target porsi EBT sebesar 23 persen pada 2025, realisasi pada 2020 baru mencapai 11 persen. “Kita punya target, di tahun 2025 itu porsi energi baru terbarukan harus bisa mencapai 23 persen. Realisasi tahun 2020 baru mencapai 11 persen. Selanjutnya pada 2050 kita harus bisa mencapai 31 persen,” kata Menteri Arifin.

Sumber : sawitindonesia.com

Leave a Reply :

* Your email address will not be published.

kaçak bahiscanlı bahiskaçak bahis sitelerijustin tv izlecasinowordpress kurbahis siteleri
%d bloggers like this: