APKASINDO: Mereka Yang Katakan BPDPKS dan B30 Tidak Berguna, Pastilah Bukan Petani Sawit
DPP Asosiasi Petani Kelapa Sawit Indonesia (APKASINDO) menguraikan kontribusi positif Badan Pengelola Dana Perkebunan Kelapa Sawit (BPDPKS) bagi petani seperti peremajaan sawit rakyat dan tingginya harga Tandan Buah Segar (TBS) sawit.
Ir. Gulat ME Manurung, MP, CAPO, Ketua Umum DPP APKASINDO, menyebutkan bahwa dana PSR yang disalurkan BPDPKS sangat membantu petani yang ingin meremajakan kebun sawitnya.
“Di Papua Barat, kami bersama Stafsus Wapres RI, KH Imam Aziz menyaksikan langsung peremajaan sawit rakyat. Di Indonesia Timur, Papua Barat termasuk provinsi yang luas dan aktif melakukan PSR. Kendati, ada berbagai keterbatasan,” ujar Gulat saat menjadi pembicara Dialog Webinar “Strategi Membangun UKMK Berbasis Kelapa Sawit di Era Pandemi”, Selasa (27 April 2021).
Ia menjelaskan peranan BPDKS sangat dirasakan petani sawit di seluruh Indonesia. Ini terbukti dengan keberhasilan mandatori B30 untuk menjaga stabilitas harga TBS. Dengan program PSR, petani dapat menuju kesetaraan. Sekarang, harga TBS dapat tembus di atas Rp 2.000 per kilogram. Di tengah pandemi dan lesunya ekonomi, petani sangat bersyukur sekali harga TBS tetap tinggi.
“Situasi bagusnya harga ini dapat terjadi berkat dukungan pungutan ekspor dan di-backup B30” tegas kandidat doktor lingkungan ini.
Gulat menegaskan asosiasinya mengecam informasi negatif sejumlah pihak kepada BPDPKS. “Kalau ada yang katakan BPDPKS tidak berguna dan tidak bermanfaat bagi petani. Mungkin bukan petani sawit. Wajar saja dia bilang seperti itu karena biasa tinggal di hotel di Jakarta, Bogor,” kritiknya.
“Kami petani sangat merasakan program B30 yang dijalankan Presiden Jokowi. Apabila ada kekurangan, mari sama-sama kita perbaiki. Kami Bahagia dengan adanya BPDPKS. Semua makin terpacu untuk berguna,” ujarnya.
Ia menjelaskan implementasi B30 ini meningkatkan serapan konsumsi domestik akibatnya negara importir sawit “kebakaran jenggot” karena kesulitan membeli CPO dengan murah.
“Itu sebabnya, marak kampanye hitam yang mengaitkan sawit dengan lingkungan dan mempekerjakan anak dibawah umur,” ujar auditor ISPO ini.
Saat ini, petani memiliki peluang untuk mengelola pabrik sawit mini. Ia mengatakan skala UMKM dapat membangun pabrik sawit berkapasitas olah 10-20 ton TBS per jam. Dengan adanya pabrik sawit ini akan mempersingkat rantai pasok petani sawit ke kilang biodiesel dan pabrik minyak goreng.
Sumber : sawitindonesia.com